METODE PENDIDIKAN ANAK SECARA ISLAMI

Segala puji bagi ALLAH SWT, yang telah memberi fitrah dalam diri manusia untuk memilih jalan yang baik atau yang buruk, yang memberi balasan kepada manusia atas semua amalannya. Pendidikan tidak terlepas dari metodologi yang tepat agar tujuan yang hendak dicapai dapat memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Orang tua terutama ibu adalah pendidik pertama dan utama untuk anak-anaknya sehingga ibu harus selalu belajar mencari cara yang baik dalam mendidik sesuai dengan kondisi dan situasi anak, ibu tidak dapat mengandalkan satu cara saja dan menganggap bahwa hanya cara itulah yang paling tepat untuk diterapkan pada setiap kondisi dan keadaan anak, macam-macam metode mendidik anak dapat kita gali dari Al’Quran yang merupakan pedoman dan tuntunan setiap muslim. Anak adalah hamba Allah yang merupakan anugerah dan titipan Allah yang kelak pasti dimintai pertanggungjawaban orang tua terhadap seluruh amanah yang diterima. Anak –anak mempunyai karakter dan sifat yang berbeda meskipun dilahirkan dari sebuah keluarga. Mendidik anak bukanlah seperti membuat kue yang bisa dicetak dan dibuat sesuai keiinginan orangtuanya, karena pembentukan karakter anak terbentuk dari berbagai factor mulai dari keluarga, lingkungan dan masyarakat. Tetapi paling tidak, peran orang tua akan sangat dominan dalam pembentukan pondasi dasar karakter anak agar dia mampu bersaing dan bertahan dengan kondisi lingkungan yang perubahannya sangat cepat dan untuk saat ini semakin memprihatinkan dengan berkembangnya audio visual secara sengaja maupun tidak sengaja menjadi salah satu guru bagi anak-anak kita. Kebanyakan orang tua lebih sibuk mencari nafkah ketimbang menambah ilmu bagaimana mendidik anak-anaknya, sungguh tidaklah kita sebagai ibu kelak akan membawa semua materi yang kita upayakan tetapi doa dan amalan anak-anak yang soleh dan solehah yang kita butuhkan.

Beberapa metode yang bisa dan mungkin sudah pernah kita gunakan dalam mengarahkan putra-putri kita adalah :

  1. Ta’liim (memberi tahu). Ta’lim secara harfiah artinya memberitahukan sesuatu kepada seseorang yang belum tahu. Dalam perbendaharaan bahasa Arab diartikan sebagai pengajaran.

Allah S.W.T berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2)ayat 31-32 : ”Dan Dia memberitahukan kepada Adam seluruh nama-nama, kemudian memperlihatkan kepada malaikat, lalu berfirman , Beritahukanlah kepadaKu nama-nama benda itu jika kamu memang benar. Mereka menjawab ” Mahasuci Engkau, kami tiada sedikitpun pengetahuan, kecuali yang telah Engkau beritahukan kepada kami. Sesungguhnya Engkau maha Mengetahui lagi Maha bijaksana.”.

Metode ta’lim merupakan metode dasar dalam pendidikan,bahkan dalam aktivitas komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Sebelum pembicaraan lebih jauh dan ntuk menghindari kesalahpahaman , maka pihak-pihak yang bersangkutan harus menyamakan pemahaman tentang obyek yang dibicarakan ,dengan cara saling memberi tahu pengenalan atau pengetahuan tentang obyek yang dimaksud.orang tua dalam usaha menalarkan pengetahuan kepada anak-anaknya mulai sejak kecil mengenal nama benda , mengenal anggota tubuhnya atau keadaan atau orang disekitarnya agar bisa menjalin komunikasi dengan orang-orang disekililingnya. Metode ta’liim dapat diterapkan dengan kriteria bahwa anak tidak memiliki pengertian tentang hal yang dibicarakan dan belum mempunyai gambaran atau pengetahuan tersebut, terutama dalam hal agama, misalkan dalam menanamkan aqidah orangtua mengenalkan kepada anak tentang keimanan kepada Allah, Al’Quran, Malaikat, Nabi dan rasul serta tentang Qada dan Qadar. Dalam ibadah orang tua mengenalkan dan mengajarkan makna, gerakan sholat, makna dan cara berpuasa dll. Dalam pembinaan akhlak orang tua mengenalkan bagaimana adab berbicara ke orang lain terutama yang lebih tua tanpa membedakan status orang dari wajah, kekayaan dan lain-lain.

Metode ta’liim dapat dilakukan dengan beberapa pola Maradlun yaitu memperlihatkan secara konkret disertai namanya dan Naba-un yaitu menyebutkan nama benda atau keadaan yang pernah diketahui. Tahapan awal perkembangan anak yang paling cepat melalui audio visual (melihat dan mendengar). Sehingga contoh yang baik adalah metode yang mudah diterima dan ditiru anak-anak. Jangan sampai potensi kecerdasan anak –anak kita diisi oleh tayangan dari audio visual dari media yang jelas kandungan pendidikannya sangat sedikit. Ibu harus menyeleksi tayangan media yang bisa ditonton anak-anak dan bila sempat menemani si kecil akan sangat membantu kita memberi pemahaman tentang makna tayangan televisi meskipun film kartun anak-anak yang bisa saja anak tidak mampu mengambil sisi pendidikannya tetapi malah mempersepsikan sendiri apa yang dilihat dan di dengar, ini bisa berbahaya!!!. Metode ini banyak diterapkan pada anak-anak usia balita. Dan ingat 4 tahun pertama dalam kehidupan adalah masa-masa keemasan (golden age years), dimana penyerapan otak anak sangat optimal, bila kita tanamkan kebaikan, Insya Allah kita akan mendapati anak kita dalam lindungan Allah SWT.

  1. Tabyiin (memberi penjelasan). Tabyiin yaitu memberi penjelasan yang lebih mendalam kepada lawan bicara setelah dia mengajukan permintaan penjelasan atas informasi yang dierimanya. Dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 67-71, Allah SWT berfirman ” Dan ingatlah ketika musa berkata kepada kaumnya :Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina. Mereka berkata :’Apakah kamu hendak menjadikan kami bahan ejekan ?. Musa menjawab ”Aku berlindung kepada Allah sekiranya menjadi salah seorang yang jahil... dst. Dari ayat di atas diberikan isyarat adanya penggunaan metode tabyiin dalam memberi keterangan kepada lawan bicara dan kita gunakan pada saat anak kita ingin tahu lebih mendetail tentang sesuatu.. dengan demikian, orang tua dituntut memiliki pengetahuan yang luas daripada anaknya. Tetapi bila ternyata orang tua tidak paham janganlah memberi jawaban yang keliru karena hal ini akan dapat menyesatkan anak-anak dan mendidik anak berbohong, yaitu tidak tahu mengaku tahu. Orang tua harus berlaku jujur dalam menta’liim anaknya. Agar kita dapat menjawab keinginan tahu anak-anak kita, ibu harus terus belajar sampai ke liang lahat. Metode ini diterapkan pada saat anak-anak sudah mempunyai respon terhadap sekelilingnya, mulai anak bisa merangkai kata dan bertanya ” apa ini bu”? , ini menunjukkan bahwa semua manusia diberi akal dan mempunyai keinginan tahu, sehingga bila masa-masa ini bisa berjalan dengan optimal anak akan terbiasa mencari dan ingin tahu sesuatu, anggap mereka adalah peneliti cilik.
  2. Tafshiil (merinci).Metode tafshiil adalah cara untuk memberi keterangan secara detail mengenai suatu obyek agar orang yang bertanya memperoleh pengertian secara utuh, mendalam dan benar. Dalam QS.Huud (11) ayat 1-3 , Allah menjelaskan pada ayat ini tentang rincian dari ketentuanNya yang dibebankan kepada manusia, yaitu tidak boleh menyembah sesuatuselain ALLAH: memohon ampun padaNYA dan bertaubat bila terlanjur berdosa. Metode ini bertujuan agar anak dapat membedakan yang benar dan salah dari apa yang hendak dilakukan. Biasanya sangat erat kaitannya dengan metode Tabyiin. Metode ini bisa diterapkan pada anak-anak balita yang sudah mulai aktif bergerak ,misalnya kita mengenalkan bahwa seterika yang nyala itu panas dan bila dipegang bahaya karena panas dan bisa membuat kulit melepuh dan luka dan kita akan merasa sakit.
  3. Tafhiim (memahamkan) ialah memberikan pengertian tentang suatu masalah dengan merumuskan obyek secara utuh , baik benda, keadaan ataupun persoalan metode ini tersirat pada firman Allah dalam QS. Al-anbiyaa (21)ayat 78 dan 79 . Metode ini dapat kita lakukan agar anak-anak kita belajar untuk mengatasi permasalahan sehari-hari secara adil dan benar. Contoh untuk menyelesaikan suatu kasus anak bertengkar orang tua harus mempunyai gambaran informasi yang utuh dari kedua anak yang bertengkar agar tidak salah mengarahkan atau menyelesaikan suatu perkara. Jadi hati-hati menjadi hakim kalo informasi hanya sepotong-potong dan tidak utuh, orang tua akan menjadi hakim yang tidak adil bagi salah seorang anaknya. Dan bila ini terjadi, anak yang jadi korban bisa tidak mempunyai kepercayaan diri, memberontak ataupun benci kepada ibunya.
  4. Tarjiih (memilih yang lebih mendekati kebenaran). Metode ini tersirat dalam QS Al-Anfaal (8) ayat 67-68, ayat ini berkenaan dengan kasus penyelesaian tawanan perang badar. Bila terdapat dua pendapat mengenai suatu masalah, maka harus mempertimbangkan mana di antara kedua pendapat yang lebih kuat alasannya atau yang mendekati kemaslahatan agama atau kehidupan yang kita pilih. Tindakan memilih ini yang disebut metode tarjiih.Banyak kasus yang dialami anak-anak baik di rumah maupun di luar rumah yang penyelesaiannya memerlukan metode tarjiih.
  5. Ta-syiir (mempergunakan isyarat), yaitu menggunakan benda atau gerakan sebagai isyarat. Dalam QS. Maryam (19) ayat 27-29 :.. Akan tetapi,Maryam tetap bersiteguh tidak mau menjawab dan memberi isyarat agar kaumnya bertanya pada bayinya...... Metode ini dilakukan dengan mengunakan isyarat misalnya menggunakan telunjuk, menganggukkan kepala dll.ketika orang tua memberikan isyarat, bisa saja anak tidak paham oleh karena itu orang tua perlu menyampaikan makna-makna isyarat agar pada saat isyarat tersebut digunakan ia bisa memahami maksud orang tua.
  6. Talwiih (menyalahkan atau membenarkan secara simbolis). Dalam QS Al –Kahfi (18)ayat 22. Pada ayat ini digunakan kata-kata yang menjadi simbol terhadap sesuatu yang dianggap keliru atau salah, yaitu kata meraba-raba dalam gelap. Kata-kata ini adalah suatu ungkapan yang bersifat kias untuk menyatakan kekeliruan atau kesalahan. Metode talwiih dapat kita gunakan dalam mendidik anak-anak kita mempraktekkan sesuatu atau mempelajari sesuatu di bawah bimbingan orang tua . Bila anak-anak melakukan kesalahan , maka tidak langsung dinyatakan secara tegas oleh orang tua dengan menunjukkan kesalahan itu di hadapan anak dan atau didepan orang lain, tetapi menggunakan isyarat atau memilih kata-kata yang lain yang dapat dipahamkan secara halus oleh anak-anak sebagai teguran. Metode talwiih dimaksudkan untuk melatih kepekaan dan kemampuan berpikir secara tajam pada anak-anak. Metode talwiih digunakan untuk menghindari tertusuknya perasaan lawan bicara agar idak menganggu hubungan baik antara mereka. Sebab tidak selamanya dalam pergaulan kita berhubungan dengan orang-orang yang suka berterus terang dalam menyatakan senang- tidak senangnya dan semakin tinggi tingkat peradaban maka semakin banyak digunakan metode talwiih. Orang tua sebaiknya berulang kali menerapkan metode ini sebagai upaya meningkatkan kehalusan perasaan dan ketajaman berpikir putra-putri kita supaya kelak menjadi orang-orang yang peka menghadapi lingkungannya.
  7. Tarwiih (memberi penyegaran fisik dan mental) di riwayatkan dalam hadis Muslim bahwa Rasulullah saw, mengingat betapa perlunya seseorang terus-menerus di samping Rasulullah untuk berzikir dan beribadah, tetapi juga mengingatkan betapa setiap orang memerlukan saat-saat santai sejenak, karena setiap orang secara fisik maupun mental memerlukan suasana penyegaran dan hiburan. Demikian juga dalam QS al-Qashash (28) ayat 77 yang pada intinya bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk bekerja keras , beramal shalih bagi kepentingan kehidupan akhiratnya, akan tetapi sekaligus dilarang melupakan dan mengabaikan kepentingan kehidupan di dunia ini. Dalam metode ini mengajarkan bagaimana menyeimbangkan tugas-tugas tanpa merusak mental dan fisik anak. Saat ini banyak orang tua yang membebankan anak-anak dengan berbaga kegiatan dengan tujuan meningkatkan kualitas akademik anak-anak tanpa menyadari bahwa masa anak-anak adalah masa pertumbuhan yang penuh dinamika, fantasi dan dunia bermain.sungguh dalam hal ini orang tua diharapkan bijaksana mengarahkan anak secara proporsional dan seimbang, sehingga masa kanak-kanak yang harus diisi dengan keceriaan terenggut dan berlalu sampai kemudian disesali tetapi waktu tidak bisa diputar. Metode tarwiih dapat diterapkan bilamana orang tua mengetahui anak-anak baru menyelesaikan tugas sekolah yang berat yang bisa menimbulkan kelelahan dan kejenuhan. Untuk mengembalikan semangat dan kesegaran fisik dan mental hendaknya orang tua memberi kesempatan anak untuk bersantai dengan cara positif misalnya : mengajak anak-anak berlibur , memberikan pujian secara proporsional, memberi hadiah yang disukai bahkan pelukan dan ciuman sayang akan memberikan efek tenang dan rileks yang menyenangkan untuk anak.
  8. Tahdliid (mengajak), menyampaikan ajakan kepada orang-orang yang mampu melakukan perbuatan baik tetapi tidak melakukannya.pada anak-anak dalam QS Al-Haqqah(69) ayat 34 ” dan dia tidak mau mengajak (orang lain) untuk memberi makan orang miskin”. Metode tahdllidl dapat diterapkan pada berbagai hal misalnya anak sejak kecil diajak membaca buku bersama, sholat jamaah. Metode ini lebih melatih pengertian dari si anak dan kesabaran pihak orang tua . metode ini harus diupayakan sejak usia dini karena anak-anak usia dini sangat mudah kita ajak karena pada tahapan ini mereka lebih mudah dan suka meniru perbuatan orang-orang disekitarnya.
  9. Tahriim (melarang). Dalam QS.Al-An’aam (6) ayat 151 Allah membolehkan kita melakukan sesuatu, juga melarang sesuatu untuk dilakukan. Orang tua tidak bisa membiarkan anak-anaknya berbuat apa saja sesuai seleranya, sebaliknya orang tua harus mengajarkan norma-norma agama dan pergaulan yang beradab kepada putra-putrinya. Dalam hal larangan, yang pertama harus disampaikan adalah larangan-larangan agama yang sejalan dengan aturan Islam. Anak-anak juga harus diajarkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam lingkungan keluarganya, karena akan membahayakan dirinya dan orang lain . metode ini tidak dapat ditinggalkan dalam mendidik anak menjadi hamba ALLAH yang taat.
  10. Tarhiib (mengancam dengan kekerasan) dijelaskan dl QS Al-Anfaal (8) ayat 60, menimbulkan perasaan takut yang hebat pada lawan. Ancaman-anamcaman keras dimaksudkan untuk membuat jera orang atau anak yang tidak menghentikan perbuatan negatif. Metode tarhiib berarti suatu cara yang dipergunakan dalam pendidikan dalam bentuk penyampaian ancaman kekerasan terhadap anak-anak yang bandel, yang tidak lagi mempan dengan berbagai metode yang lebih lunak. Untuk memberikan pelajaran bagi mereka agar tidak meneruskan kebiasaan buruknya dan menurut syariat metode ini dibenarkan untuk diterapkan kepada anak-anak kita.Tetapi penerapan metode ini tidak boleh langsung dilakukan sebelum mencoba metode lain yang lebih lunak karena dapat berdampak negatif pada anak. Metode ini kita gunakan bila anak sudah kita beri peringatan tetapi tetap tidak mau menghentikan kebiasaan buruknya. Oleh karena penggunaan metode tarhiib memerlukan pelaksanaan metode sebelumnya secara benar maka orang tua harus konsisten dan harus mengkaji kegagalan metode –metode ringan sebelumnya, apakah karena sifat anak yang tidak dapat diatasi ataukan penerapan dan sikap orang tua yang tidak konsisten. Jadi dalam menerapkan metode ini orang tua sudah benar-benar sampai pada kesimpulan bahwa semua metode sebelumnya yang dietrapkan tidak memberikan hasil yang diharapkan.
  11. Ta’dziib (memberi hukuman fisik) , hukuman fisik terhadap orang-orang yang melakukan kesalahan berat agar yang bersangkutan merasakan akibat dampak buruk dari perbuatannya secara konkret, metode ini tersurat dlm QS. At-Taubah (9) ayat 74.dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga , ada anak yang mempunyai kebiasaan mengambil barang milik orang lain tanpa ijin baik saudara maupun milik orang tua, dan telah diperingati dan diancam berkali-kali tidak jera. Terhadap anak-anak seperti ini orang tua boleh memberikan hukuman fisik berupa memukul tangannya atau pantatnya agar tidak mengulang lagi perbuatan buruknya. Metode ini diterapkan bila metode ancaman lisan maupun pemikiran tidak lagi mempan.Tetapi tetap orang tua harus selektif, artinya menggunakan metode ini dalam kondisi sangat terpaksa karena metode lain tidak memberikan hasil . Untuk anak-anak yang tidak mau shalat setelah berusia 10 tahun atau sudah akil baliq, metode ini juga boleh diterapkan. Metode ini dapat dikatakan merupakan langkah terakhir dalam menghadapi kebandelan anak-anak, walaupun memang tidak dapat dijamin 100% bahwa setelah anak mendapat hukuman fisik anak-anak akan sesuai dengan harapan kita. Akan tetapi sebagai salah satu upaya untuk meluruskan perilaku anak, orang tua tidak boleh dipengaruhi rasa kasihan tetapi membiarkan anak terjerumus ke dalam kerusakan yang lebih jauh. Bisa jadi anak menjadi benci kepada orang tua pada saat menerima hukuman fisik, tetapi bila semua kita lakukan karena rasa sayang kepada anak dan menjelaskan tujuan hukuman fisik tersebut, mereka akan menerimanya. Yang harus kita waspadai adalah janganlah memberi hukuman fisik karena kemarahan dan dengan kebencian karena niat baik ingin mendidik anak akan menjerumuskan kita sendiri melakukan kesalahan besar Wallahualam bi shohab. Semoga Allah selalu menuntun kita ke jalan yang diridhoi dan dicintaiNya Amiin.

2 komentar:

Terimakasih buat artikelnya .. by http://lpit-alfurqan.com

 

sebagai orang tua merupakan kewajiban bagi kita memberi pendidikan agama semenjak kecil supaya anak terbiasa dan mengerti akan agama apabila sudah mulai dewasa.

 

Posting Komentar